Era Revolusi Industri 4.0 Adalah
Era Revolusi Industri 4.0 Adalah – Gelombang digitalisasi dan inovasi di bidang teknologi informasi telah membawa perubahan baru di bidang industri yang lebih dikenal dengan Revolusi Industri 4.0. Hal ini menimbulkan tuntutan pada dunia industri untuk mampu beradaptasi agar dapat bertahan dalam menghadapi persaingan yang ketat.
Sektor industri dan jasa merupakan salah satu tulang punggung perekonomian, terutama kontribusinya terhadap pertumbuhan PDB Indonesia. Besarnya potensi Indonesia di bidang industri dan jasa harus dibarengi dengan pertumbuhan sumber daya manusia. Hal ini mencakup berbagai sinergi
Era Revolusi Industri 4.0 Adalah
Saat ini, Indonesia menghadapi persaingan yang ketat dengan negara-negara berkembang di Asia Tenggara seperti Vietnam dan Thailand. Selain itu, sektor industri dan jasa Indonesia masih menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0. Yang pertama adalah masalah keterbatasan kapasitas dan pendanaan. Alasan lainnya adalah kurangnya infrastruktur digital yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi. Dan yang terakhir masih terdapat permasalahan tumpang tindih peraturan.
Revolusi Industri 4.0…
Sektor industri dan jasa Indonesia memerlukan banyak perbaikan pada aspek penerapan teknologi informasi sebagai kunci revolusi industri 4.0. Menanggapi tantangan tersebut, pemerintah Indonesia mengembangkan peta jalan “Making Indonesia 4.0” sebagai rancangan strategis Indonesia untuk mengatasi perubahan tersebut.
Hal ini memerlukan tindakan bersama antara berbagai pemangku kepentingan mulai dari masyarakat dan pemerintah, pelaku industri dan jasa serta akademisi.
Namun di sisi lain, Indonesia mempunyai peluang besar untuk bersaing dengan Revolusi Industri 4.0. Besarnya peluang ini didorong oleh demografi rumah selama sepuluh tahun ke depan. Laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa populasi besar di Indonesia memiliki lebih dari 100 juta pengguna.
Dan lebih dari 145 juta penduduk Indonesia terhubung dengan Internet. Hal ini merupakan keuntungan besar untuk mencapai Revolusi Industri 4.0. Selain itu, studi McKinsey pada tahun 2018 menunjukkan bahwa hingga 78% perusahaan di Indonesia mengetahui konsep ini.
Ekspansi Pemasaran Umkm Di Era Revolusi Industri 4.0
Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor industri dan jasa, PT Jasa Mutu Mineral Indonesia (JAMMIN) berkomitmen untuk meningkatkan kinerja pelayanan di bidang jasa eksplorasi dan laboratorium batubara. JAMMIN juga bersiap bersaing di era Industri 4.0.
Gelombang digitalisasi dan inovasi di bidang teknologi informasi telah membawa perubahan baru pada sektor industri yang lebih dikenal dengan Revolusi Industri 4.0. kasus ini
Setiap tanggal 10 November, Indonesia merayakan Hari Pahlawan sebagai rasa syukur dan mengenang para pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Pahlawan adalah orang yang berjuang
Menjaga kesehatan mental di tempat kerja merupakan persoalan yang tidak ada habisnya, apalagi di masa pandemi dimana tekanan dan stres semakin meningkat. Setiap tanggal 10 Oktober
Apa Itu Revolusi Industri 4.0: Transformasi Digital, Tantangan & Peluang Setelah Era Chatgpt
Batubara merupakan salah satu komoditas pertambangan unggulan Indonesia. Daerah penghasil batubara terbesar di Indonesia adalah Sumatera Selatan dan seluruh wilayah Kalimantan. Harga batu bara masih tidak berubah
HUT RI ke-76 patut dirayakan kembali dalam suasana pandemi Covid-19. Tahun ini merupakan tahun kedua bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaannya dengan cara yang berbeda. publik
PT Jasa Mutu Mineral Indonesia merupakan salah satu perusahaan sertifikasi di bidang mineral batubara. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2009 dan saat ini telah memiliki 7 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia “Perubahan telah terjadi secara mendasar dalam sejarah umat manusia. Belum pernah ada masa yang begitu penuh potensi dan bahaya” – Klaus Schwab, Revolusi Industri Keempat –
BENAR Revolusi industri keempat yang membawa perubahan besar-besaran tatanan kehidupan fisik menuju realitas siber (cyber-reality) menawarkan banyak peluang untuk kehidupan yang lebih baik, namun juga menimbulkan ancaman karena memberikan ruang bagi terjadinya kejahatan yang tidak dapat diprediksi.
Bersiap Untuk Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri Keempat atau biasa disebut Industri 4.0 merupakan wacana yang sudah ada sejak lama. Dari segi ide, Industri 4.0 lahir pertama kali pada tahun 2011 dari Hannover Fair di Jerman. Hannover Messe adalah pameran teknologi industri dan perdagangan terbesar di Jerman. Pada Hannover Messe 2013, studi definitif tentang Industri 4.0 dipresentasikan.
Sederhananya, Industri 4.0 adalah gagasan pemanfaatan teknologi digital lebih jauh dari sebelumnya yang hanya ada di sektor industri. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal beberapa teknologi yang tergolong dalam Industri 4.0. Dari yang terkecil misalnya teknologi
Tapi, ide Industri 4.0 sebenarnya lebih dari sekedar pemahaman kita. Ini adalah kombinasi antara kesiapan teknologi dan kesiapan manusia untuk menggunakan teknologi ini.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlanga Hartarto mengusulkan pembuatan Roadmap Industri 4.0 yang lebih strategis dengan menerapkan lima sektor utama yaitu sektor Makanan dan Minuman (MAM), Otomotif, Elektronika, Kimia, dan Tekstil. Kelimanya, kata Airlanga, akan menjadi jawara Industri 4.0 di Indonesia.
Esensi Pembelajaran Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 Dan Society 5.0
Indonesia jelas tertinggal. Baik dari segi kesiapan teknologi maupun kesiapan masyarakat, Indonesia bahkan tertinggal dibandingkan negara-negara tetangganya di ASEAN.
(HDI) menduduki peringkat ke-5 dunia dan tertinggi di ASEAN. IPM yang sangat tinggi menandakan bahwa Singapura mempunyai masyarakat dengan angka harapan hidup yang tinggi (sehat), tingkat pendidikan yang tinggi, dan pendapatan nasional bruto (GNP) yang tinggi (bahagia).
Singapura juga memiliki sektor manufaktur yang mengungguli ASEAN, dengan pertumbuhan produktivitas sebesar 18,4 persen pada tahun 2017. Selain itu, pertumbuhan ini dipelopori oleh sektor industri listrik dan elektronik (E&E), salah satu infrastruktur utama yang mengadopsi Industri 4.0. . Tak heran jika menurut World Economic Forum (WEF), Singapura berada di peringkat 11 dari 25 negara yang siap menyongsong Industri 4.0.
Demikian pula, Malaysia juga mempunyai modal yang besar untuk merangkul Industri 4.0. Negeri Jiran ini memiliki IPM yang relatif baik, yakni peringkat 59 dunia dan peringkat 3 ASEAN. Artinya, meskipun kualitas manusia Malaysia berada pada kelompok menengah di dunia, namun di ASEAN relatif baik.
Efek Samping Teknologi: Pentingnya Asuhan Orang Tua Dalam Pengawasan Pemberian Teknologi Ke Anak Di Era Revolusi Industri 4.0
Malaysia juga memiliki kekuatan di sektor manufaktur, dengan pertumbuhan sebesar 13,6 persen pada tahun 2017. Sama seperti Singapura, sektor industri E&E mendominasi manufaktur di Malaysia. Baik Singapura maupun Malaysia merupakan produsen suku cadang konduktor dan semikonduktor terkenal untuk beberapa merek elektronik besar. Artinya Malaysia dan Singapura memang punya banyak modal untuk mengembangkan sektor E&E di dalam negeri, dengan modal HDI serta potensi literasi teknologi yang tinggi.
Sementara itu, kondisi di Thailand cukup buruk. Negeri Gajah Putih ini memiliki IPM yang tidak terlalu tinggi, yakni peringkat 87 dunia dan peringkat 4 ASEAN. Indeks Kualitas Manusia Thailand telah menurun sejak tahun 2007 karena kemerosotan ekonomi yang berkepanjangan ditambah dengan biaya politik yang mahal dari pemerintahan junta militer.
Hal ini tidak hanya berdampak pada HDI namun juga berdampak buruk pada sektor manufaktur di Thailand. Pada tahun 2017, pertumbuhan produktivitas manufaktur Thailand sangat lambat, hanya mencapai 1 persen. Padahal, sejak tahun 2007, Thailand sudah diakui sebagai pemain produksi E&E yang cukup besar. Namun, Thailand tetap menjadi pemain manufaktur mobil terbesar di ASEAN, dengan kontribusi sektor ini mencapai 7% terhadap PDB nasional pada tahun 2017.
Bagaimana dengan Indonesia? Faktanya, negara ini masih berjuang dengan HDI yang rendah. Indonesia berada di peringkat 113 dunia dan peringkat 5 ASEAN. Kualitas penduduk Indonesia yang mayoritas masih belum berada pada tingkat kesiapan dan literasi teknologi. Diyakini bahwa hanya sebagian dari penduduk perkotaan di Indonesia yang dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat terhadap Industri 4.0.
Supervisi Pendidikan Agama Islam Era Revolusi Industri 4.0 Berbasis Digital
Namun Indonesia patut bangga dengan sektor manufakturnya. Terdapat tren positif berupa pertumbuhan berkelanjutan dari tahun 2015 hingga tahun 2017. Produksi di Indonesia tumbuh sebesar 4,74 persen pada tahun 2017. Namun, sektor E&E masih belum mencapai puncaknya.
Dengan fakta-fakta tersebut, Indonesia setidaknya setara dengan Thailand – dengan HDI yang tidak terlalu tinggi dan manufaktur yang berkembang dan masih belum kuat di subsektor R&D. Dengan Singapura dan Malaysia? Tentu saja keduanya masih bukan lawan yang setara.
Industri 4.0 terus berbicara tentang teknologi digital, perangkat elektronik, dan hal-hal di dunia siber. Dengan data di atas, terkait rendahnya industri elektronik dan rendahnya IPM, siapkah Indonesia menyongsong Industri 4.0?
Indonesia tampaknya memiliki banyak prasyarat yang tidak dapat dicapai untuk diatasi. Infrastruktur fisik seperti jalan raya dan infrastruktur lain seperti Internet sudah lama tertinggal. Ambisi Jokowi membangun jalan tol, jembatan, dan ambisi Palapa Ring menyebarkan internet hingga ke pedesaan merupakan upaya awal untuk memenuhi prasyarat tersebut. Ambisi yang mungkin tampak mahal saat ini, namun pasti akan membuahkan hasil dalam jangka panjang. (Baca Juga: Ambisi Proyek Infrastruktur)
3 Fakta Revolusi Industri 4.0
Belum lagi rendahnya standar kesehatan dan pendidikan di Indonesia. Kualitas masyarakat Indonesia secara keseluruhan, terutama sebagian besar yang tinggal di pedesaan, akan sulit berkontribusi terhadap Industri 4.0, seperti yang dipahami masyarakat perkotaan.
Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan pendekatan Industri 4.0 dengan cara lain. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat sektor-sektor yang sudah produktif dan berdaya saing.
Senada dengan gagasan Airlangga, Indonesia punya kekuatan misalnya di sektor tekstil dan makanan minuman. Di sektor tekstil, Indonesia dikenal sebagai pemain lama yang sudah dikenal secara internasional. Industri padat karya ini mempekerjakan hingga 3 juta orang dan terus tumbuh sebesar 1,6 persen per tahun. Nilai ekspor produk TPT juga cukup besar yakni mencapai 159 triliun rupiah pada tahun 2016 atau 8,2 persen dari total ekspor nasional.
Begitu pula di sektor makanan dan minuman. Sektor industri ini mempunyai tren positif setiap tahunnya. Pada tahun 2017, terjadi peningkatan sebesar 8,27 persen pada industri makanan dan minuman. Tidak hanya berdampak positif bagi industri, makanan dan minuman juga berdampak positif bagi konsumen karena berkontribusi terhadap pemerataan nasional. Sektor ini juga tumbuh selama tiga tahun terakhir, seiring dengan menjamurnya perusahaan makanan dan minuman di masyarakat.
Tantangan Bisnis Era Revolusi Industri 4.0, Apa Saja?
Sementara di tiga sektor lainnya yakni sektor otomotif, elektronik, dan kimia, Indonesia dinilai masih menjadi pemain baru. Misalnya saja pada sektor otomotif, meski dalam beberapa tahun terakhir mulai tumbuh karena peningkatan konsumsi dan produksi dalam negeri, Indonesia dinilai masih terlalu bergantung pada investasi asing – terutama Jepang – dan tidak bisa berdiri sendiri. Sementara di bidang elektronik, Indonesia masih tertinggal jauh, bahkan di kawasan Asia Tenggara. Airlanga sendiri mengaku,