Masalah Pengelolaan Sampah Di Indonesia
Masalah Pengelolaan Sampah Di Indonesia – Meski banyak inovasi dalam pengelolaan, sampah tetap menjadi masalah. Sampah kantong plastik dan kemasan kebutuhan sehari-hari dianggap sampah sehingga tidak terurus.
Instalasi pengolahan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Pyungan, Desa Sitimulyo, Pyungan, Bantul, Di Yogyakarta, Selasa (28/2/2023). Warga di sekitar TPST Pyungan mengeluhkan limbah lindi yang mengalir ke pemukiman warga dan persawahan. TPST Pyungan menggunakan bakteri pengurai untuk pengolahan air lindi dan saat ini tidak mampu menahan volume sampah yang dibuang ke sana.
Masalah Pengelolaan Sampah Di Indonesia
JAKARTA, – Permasalahan sampah muncul akibat lemahnya penegakan hukum dan anggaran pengelolaan serta lemahnya pedoman kemitraan. Oleh karena itu, perlu adanya penerapan pajak terhadap sampah plastik bernilai rendah untuk mengurangi timbulan sampah yang tidak dikelola.
Tips Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Hal tersebut diungkapkan Muhammad Bijaxana Junrosano, CEO dan Founder Waste4Change, di Jakarta pada Kamis (6/4/2023). Tiga isu utama pengelolaan sampah tersebut merupakan hasil kajian United Nations Environment Programme (UNEP) dan International Solid Waste Association (ISWA).
Junrosano menjelaskan, minimnya konsekuensi terhadap perilaku membuang sampah sembarangan mencerminkan lemahnya penegakan hukum terkait pengelolaan sampah. Sebenarnya, ini diadopsi pada tahun 2008. Undang-Undang Nomor 18 tentang Pengelolaan Sampah.
“Masyarakat akan menegakkan aturan tersebut jika penegakan hukum efektif dan ada konsekuensi bagi ketidakpatuhan. Jadi ini bukan pilihan, tapi kewajiban,” kata Junrosano.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melaporkan timbulan sampah nasional akan mencapai 69,2 juta ton pada tahun 2022, yang sebagian besar berasal dari rumah tangga. 35,48 persen dari total sampah yang dihasilkan masih belum bisa dikelola.
Indonesia Hasilkan 64 Juta Ton Sampah, Bisakah Kapasitas Pengelolaan Tercapai Tahun 2025? Halaman All
Selain itu, panduan yang menguraikan peran pihak-pihak yang dapat diajak berkolaborasi dengan pemerintah, seperti pihak swasta. Tanpa pedoman yang jelas, lanjut Junrosano, pengelolaan sampah akan tumpang tindih antara pemerintah dan pihak lain.
Hingga saat ini kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sampah semakin meningkat oleh berbagai pihak. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hingga Januari 2023, setidaknya ada 209 wirausaha sosial di Indonesia yang bergerak di bidang pengurangan dan pengolahan sampah, seperti toko grosir, usaha isi ulang, usaha barang bekas, serta pengumpulan dan daur ulang sampah.
“Yang terpenting adalah biaya pengelolaan sampah yang baik dan adil. Tarif sampah di Indonesia sangat murah sehingga menyebabkan dana pengelolaan sampah tidak mencukupi. Di sisi lain, menjadi tanggung jawab pemerintah untuk meningkatkan sampah yang dihasilkan masyarakat, katanya.
Sebelumnya, Norizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengatakan pemerintah terus berinovasi dalam pengelolaan sampah dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai kemajuan tersebut mulai dari Peraturan Sampah Plastik Sekali Pakai tahun 2016 hingga Peta Jalan Pengurangan Sampah tahun 2019 bagi produsen untuk mendaur ulang sampah menjadi kompos.
Mengenal Pltsa: Sistem Penghasil Energi Dan Pengelola Sampah
“Inovasi sektor swasta dapat menjadi kunci pengelolaan sampah di masa depan. Hal ini dapat menggantikan sistem pemerintahan konservatif yang saat ini digunakan oleh pemerintah daerah. “Mereka juga bisa menjadi mitra kerja sama pemerintah daerah,” kata Novrizal (, 3/4/2023).
Dari total 69,2 juta ton sampah yang dihasilkan pada tahun 2022, setidaknya 19,8 juta ton merupakan sampah plastik dan kertas yang tidak dipilah. Di sisi lain, Indonesia masih mengimpor bahan baku kertas dan plastik sebanyak 3,43 juta ton setiap tahunnya.
Subsidi atau insentif untuk pengumpulan sampah membuat industri daur ulang dapat berjalan. Pemberian subsidi oleh pihak ketiga, baik pemerintah maupun swasta, memungkinkan pengurangan risiko harga jual sampah.
Salah satu upaya pengelolaan sampah adalah dengan mendaur ulang sampah berharga seperti plastik dan kertas. Sampah plastik ada dua jenis, yaitu sampah plastik yang bernilai jual tinggi dan sampah plastik yang bernilai jual rendah.
Mengatasi Masalah Sampah Di Sungai: Upaya Warga Margasari Menuju Lingkungan Yang Lebih Ramah
Dalam industri daur ulang, sampah plastik bernilai rendah seperti kantong plastik dan kemasan plastik dianggap sampah dan tidak ekonomis.
Rizky Ambardi, kepala bisnis daur ulang Waste4Change, mengatakan penerapan pajak plastik atau kredit plastik bagi produsen dapat mendorong industri daur ulang untuk mengelola sampah plastik bernilai rendah.
Dengan sistem pendataan yang baik, diharapkan produsen produk kemasan plastik akan membeli sampah yang dikelola oleh sektor informal dan industri daur ulang. Sebab, banyaknya sampah plastik bernilai rendah yang sebagian besar berasal dari kemasan produk sehari-hari juga menjadi tanggung jawab produsen produk.
“Subsidi atau insentif pengumpulan sampah membuat industri daur ulang dapat berjalan. “Pemberian subsidi oleh pihak ketiga, baik pemerintah maupun swasta, akan menimbulkan risiko penurunan harga jual sampah yang dibuang,” kata Rizki pada lokakarya “Potensi Pengelolaan Sampah Bernilai Rendah” di Jakarta Selatan.
Kelola Sampah Mandiri Dari Kegiatan Wisata Alam
Dalam setiap industri daur ulang, hampir selalu terjadi penurunan nilai atau harga jual setelah melalui berbagai proses daur ulang. Rizki mencontohkan, 100 kg sampah hanya bisa dijual sekitar 75 kg untuk didaur ulang.
Di sisi lain, Indonesia merupakan produsen plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Ironisnya, kata Rizky, salah satu pabrik daur ulang justru mengimpor 4.000 ton sampah plastik per bulan dari Amerika Serikat. Faktanya, sektor informal di Indonesia dapat mengumpulkan hingga 1 juta ton sampah plastik setiap tahunnya.
Tempat pembuangan sampah liar di Jalan Inspeksi Kanal Timur di Desa Segara Makmur, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (20/2/2023). Banyak warga sekitar yang mengeluhkan bau tidak sedap dan asap yang timbul dari pembakaran sampah. Sampah kota tidak diolah dengan baik. Pemerintah daerah dan warga perlu melakukan banyak pekerjaan rumah untuk mengatasi masalah sampah ini.
Namun, menurut Johnny Aswira Putra, Sekretaris Jenderal Persatuan Jurnalis Lingkungan Hidup Indonesia (SIEJ), kesadaran warga terhadap pengelolaan sampah masih kurang. Hal ini disebabkan karena sampah dianggap sampah dan dibuang begitu saja setelah produk dalam kemasan dikonsumsi – berbagai aktivitas yang dilakukan masyarakat setiap harinya seringkali menghasilkan sampah yang mudah terurai (biodegradable). Yang sulit terurai (non-biodegradable). Banyaknya sampah yang tidak dikelola dengan baik sehingga menimbulkan berbagai permasalahan seperti pencemaran lingkungan dan penyebaran penyakit.
Gerilya Kumpulkan Sampah, Cegah Kerusakan Lingkungan
Mohammed Bijaksana Junrosano, Managing Director Waste4Change sekaligus lulusan teknik lingkungan tahun 2006, membahas sistem pengelolaan sampah berkelanjutan pada acara Karsa Loka Volume 003 yang digelar pada Jumat (15/01/2021). Karsa Lok merupakan acara bulanan dan wujud kerjasama LPPM dengan Lab Etnografi Desain FSRD untuk memberikan masukan terhadap konsep, pengalaman dan peran dalam membantu memecahkan permasalahan di masyarakat.
Sano, nama samaran Muhammad Bijaxana Junrosano, membahas jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari di Indonesia. Setidaknya 175 ribu ton sampah dihasilkan setiap harinya di Indonesia. Jumlah yang besar ini meningkat pesat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia. Menurut Sano, kendala utamanya adalah sampah yang dihasilkan tidak dipilah. Sekitar 75% sampah hanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Tumpukan sampah sangat berbahaya. Gas metana dihasilkan dari penguraian sampah organik. Gas ini diyakini dua puluh kali lebih berbahaya daripada karbon dioksida. Salah satu tragedi yang merenggut nyawa lebih dari seratus orang akibat sampah adalah longsornya sampah di TPA Levigja. “Kita tentu tidak ingin tragedi ini terulang kembali dan merenggut nyawa saudara-saudara kita,” ujarnya.
Permasalahan pengelolaan sampah tidak hanya muncul di perkotaan, namun juga di pedesaan. Sampah yang biasa dibakar dalam jumlah besar di pedesaan justru dapat membahayakan kesehatan manusia akibat asap hasil pembakaran. Limbah yang dibakar dapat menghasilkan senyawa kimia berbahaya yang bersifat karsinogenik, terutama dioksin.
Penanganan Dan Pengelolaan Sampah (studi Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan )
“Dioksin masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Oleh karena itu, asap hasil pembakaran sampah sangat berbahaya jika terhirup. Selain melalui pembakaran, sampah di pedesaan biasanya dikubur atau dibuang ke sungai/”Perilaku ini dapat mengakibatkan terganggunya ekosistem, bencana alam seperti banjir, kekurangan air bersih dan munculnya berbagai penyakit,” ujarnya.
Sano mengajak peserta webinar untuk sebisa mungkin menghindari produksi sampah dan mulai mengubah paradigma. “Harap dicatat, permasalahan sampah bukanlah masalah teknis. “Sementara itu, kami kehabisan waktu untuk membahas masalah teknis,” kata Sano.
Menurut pendiri Greeneration Foundation dan U-Green ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan pengelolaan sampah berkelanjutan, yakni regulasi dan perangkat kebijakan yang perlu diterapkan, kemitraan, dan pendanaan. Jika pengelolaan sampah diibaratkan menanam pohon, penegakan aturan dan regulasi diibaratkan seperti tanah, sedangkan kemitraan dan pendanaan diibaratkan seperti air dan sinar matahari. Ketiganya perlu hadir untuk menciptakan pengelolaan sampah yang baik.
Gram Nidhi dapat digunakan untuk mengatur pengelolaan sampah di desa-desa. Berdasarkan Keputusan Menteri Desa Nomor 19 Tahun 2017 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018, pengelolaan sampah di desa dapat berupa penyediaan tempat pembuangan sementara, gerobak sampah, kendaraan pengolah sampah. Dan masih banyak lagi.
Menyongsong Perjanjian Internasional: Mengatasi Pencemaran Plastik
“Saya sangat mendorong kita untuk melakukan advokasi kepada desa, termasuk warganya dan perangkat desa, untuk melihat [Dana Desa] ini sebagai sumber daya. Karena sumber daya tersebut sudah ada, limbah berupa material dihasilkan setiap hari. “Kami menciptakan solusi yang benar-benar bisa menjadi praktik berkelanjutan,” kata Sano. Sano juga mencontohkan program pengelolaan sampah di desa yang sudah berjalan dengan baik, seperti desa Mandiri Sampa dan Panggung Lestari.
Sano juga menambahkan hal lain yang bisa dilakukan untuk menciptakan pengelolaan sampah berkelanjutan di pedesaan, seperti mendorong aturan adat/budaya/agama, melestarikan dan mengembangkan kearifan lokal, menciptakan inovasi terdesentralisasi kini menjadi salah satu isu kontroversial di Indonesia. Jumlah sampah yang tersimpan sangat banyak hampir disetiap wilayah Indonesia, bahkan sampai satu juta ton sampah tersebar dimana-mana, semakin banyak sampah di Indonesia, dan semakin tinggi pula tingkat data dari sampah tersebut. akan.
Sampah yang kita buang tidak pernah dibuang begitu saja, hanya terus berpindah dan menuju ke tempat pembuangan akhir atau biasa kita sebut TPA. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah terbesar di dunia. Jutaan ton sampah dihasilkan setiap hari.
Saat Maritime Fairtrade mengunjungi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi. Komposisi sampah di sana didominasi oleh sampah plastik. buruk, salah