Penyakit Jantung Koroner Ditandai Dengan Adanya
Penyakit Jantung Koroner Ditandai Dengan Adanya – Hari Jantung Sedunia selalu diperingati pada tanggal 29 September. Tema Hari Jantung Sedunia (WHD) tahun 2018 adalah ‘Hatiku, Hatimu’. Melalui tema HJS tahun ini, kita diajak untuk melakukan perubahan kecil dalam hidup kita, membuat komitmen sederhana terhadap kesehatan jantung kita dan kesehatan jantung orang-orang yang kita sayangi, seperti berkomitmen untuk makan lebih sehat, memperbanyak aktivitas fisik, berhenti merokok. . merokok Merokok dan lain-lain.
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan gangguan fungsi jantung akibat penyempitan pembuluh darah koroner akibat kekurangan darah pada otot jantung. Secara klinis didefinisikan sebagai nyeri dada atau rasa tidak nyaman pada dada atau rasa tertekan yang berat pada dada pada saat mendaki/melakukan pekerjaan berat atau berjalan terburu-buru pada jalan lurus atau berjalan jauh.
Penyakit Jantung Koroner Ditandai Dengan Adanya
Penyakit jantung koroner meliputi penyakit jantung iskemik stabil tanpa gejala, angina pektoris stabil, dan sindrom koroner akut (ACS). Penyakit jantung koroner stabil tanpa gejala biasanya terdeteksi melalui skrining, sedangkan angina pektoris stabil ditandai dengan gejala nyeri dada saat melakukan aktivitas di luar aktivitas sehari-hari.
Dokter Ungkap Penyebab Hingga Gejala Gagal Jantung, Penyakit Progresif Yang Perlu Diketahui Dan Diwaspadai
Statistik WHO pada tahun 2015 menunjukkan bahwa 70% kematian di dunia disebabkan oleh PTM (39,5 juta dari 56,4 kematian). 45% dari seluruh kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, yaitu 17,7 juta dari 39,5 juta kematian.
Prevalensi PJK nasional berdasarkan Riskedas tahun 2013 sebesar 1,5%, tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4%) dan terendah di Provinsi Riau (0,3%). Prevalensi PJK pada usia ≥ 15 tahun menurut karakteristiknya adalah sebagai berikut:
>75 tahun 3,2%, 65–74 tahun 3,6%, 55–64 tahun 2,8%, 45–54 tahun 2,1%, 35–44 tahun 1,3%, 25–34 tahun 0,9%, dan 15–24 tahun 0,7%
2,8% tidak bersekolah, 2,3% bersekolah di SD, 1,7% bersekolah di SD, 1,1% bersekolah di SMP, 1,0% bersekolah di SMA dan 1,1% bersekolah di D1-D3 dan tamat PT
Gejala Penyakit Jantung Yang Sering Tidak Disadari
Pada tahun 2014, Indonesia menunjukkan bahwa PJK merupakan penyebab kematian nomor dua setelah stroke, yaitu sebesar 12,9% dari seluruh penyebab kematian di Indonesia.
Statistik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menunjukkan bahwa beban biaya kesehatan akibat PJK semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari tahun 2014 yang dibelanjakan sebesar Rp 4,4 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp 7,4 triliun pada tahun 2016. Dari data tersebut terlihat belanja kesehatan terkait PJK mengalami peningkatan sebesar 68,2 persen.
PJK dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, pola makan tidak sehat dan obesitas, kurang aktivitas fisik dan konsumsi alkohol. Berdasarkan data Riskesdas, faktor risiko perilaku utama yang menghambat upaya pengendalian NCD di Indonesia adalah:
Faktor perilaku tersebut disebabkan oleh PTM seperti hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia yang merupakan pintu masuk penyakit PJK.
Waspadai Gangguan Irama Jantung
Dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, termasuk PJK, pemerintah fokus pada upaya suportif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Ini termasuk:
Kementerian Kesehatan mengajak kita semua untuk melakukan perubahan sederhana dalam aktivitas sehari-hari dengan mengaktifkan perilaku CERDIK untuk mencapai jantung sehat dengan slogan “Hidup SMART, Jantung Sehat Masih Menjadi Ancaman Serius Bagi Masyarakat”. Penyakit jantung identik dengan kematian dan penurunan kualitas hidup. Kekhawatiran masyarakat ini cukup beralasan mengingat angka kematian akibat penyakit jantung terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kematian akibat penyakit jantung seringkali terjadi secara tiba-tiba dan tanpa keluhan berarti sebelumnya. Penyakit kardiovaskular, terutama tingginya angka kematian akibat serangan jantung, harus menjadi perhatian masyarakat dan tenaga kesehatan agar deteksi dini dan pencegahan penyakit kardiovaskular dapat lebih digalakkan.
Serangan jantung disebabkan oleh penyumbatan pada arteri koroner. Pembuluh koroner merupakan pembuluh darah yang berperan dalam menyuplai oksigen ke jantung. Ketika aliran oksigen ke jantung terganggu atau terhenti, jantung mengalami iskemia. Iskemia adalah suatu kondisi dimana jantung kekurangan oksigen sehingga mengurangi kemampuan jantung untuk memompa darah. Berkurangnya daya pompa jantung ini mengganggu suplai darah ke seluruh tubuh, sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi organ vital lainnya seperti ginjal, hati, dan otak, hingga kematian.
Serangan jantung seringkali terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya keluhan berarti sebelumnya. Mengingat komplikasi serangan jantung yang fatal, deteksi dini dan pencegahan penyakit jantung koroner sangatlah penting. Faktor risiko penyakit jantung koroner telah diteliti dan diketahui sehingga memudahkan masyarakat untuk terhindar dari penyakit mematikan tersebut. Faktor risiko penyakit jantung iskemik dapat kita bagi menjadi 2 kelompok, yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi berarti pasien dan profesional kesehatan dapat melakukan sesuatu untuk mengatasi faktor risiko tersebut. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah artinya faktor risiko tersebut melekat pada diri pasien dan tidak dapat dihindari. Contoh faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia dan jenis kelamin. Pria yang berusia di atas 40 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung iskemik. Karena usia dan jenis kelamin merupakan bagian dari kumpulan faktor risiko yang tidak dapat dihindari, hanya faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang dapat dihindari dan diobati. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain tekanan darah tinggi, kelebihan berat badan (obesitas), diabetes mellitus (kencing manis), kolesterol tinggi, kurang aktivitas fisik, dan merokok.
Waspadai Penyakit Berat Akibat Gangguan Sistem Peredaran Darah
Tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Tekanan darah tinggi disebabkan oleh penyakit primer yang mendasarinya atau berbagai penyebab lainnya. Semakin tua usia seseorang, semakin besar pula risiko terkena tekanan darah tinggi. Seiring bertambahnya usia, kekakuan pembuluh darah semakin meningkat yang tercermin pada tekanan darah. Selain usia, jenis kelamin juga berdampak besar terhadap kecenderungan seseorang terkena tekanan darah tinggi. Risiko tekanan darah tinggi 2,3 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita. Tapi, setelah memasuki masa menopause, wanita mempunyai risiko yang sama dengan pria. Bahkan setelah usia 65 tahun, wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi dibandingkan pria karena faktor hormonal. Siapa pun yang memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi dibandingkan orang lain. Gaya hidup secara signifikan mempengaruhi kenaikan tekanan darah. Konsumsi makanan tinggi lemak, makanan tinggi garam (junk food, makanan gurih), konsumsi alkohol berlebihan, merokok, kurang aktivitas fisik yang berujung pada obesitas, berkontribusi paling besar terhadap peningkatan tekanan darah. tekanan Selain itu, stres dan faktor psikososial juga dapat mempengaruhi tekanan darah.
Penyakit kencing manis atau yang dikenal dengan penyakit kencing manis merupakan salah satu penyakit yang sangat menakutkan karena mempunyai banyak komplikasi. Diabetes tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik, kegemaran mengonsumsi makanan manis dan berlemak, namun juga kelainan hormonal akibat kerusakan pankreas atau bawaan. Seperti halnya tekanan darah tinggi, diabetes merupakan penyakit kronis dan progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan berisiko memburuk dengan cepat. Kadar gula darah harus selalu dikontrol untuk mencegah berkembangnya diabetes. Oleh karena itu, pemantauan kadar gula darah secara rutin serta asupan obat yang teratur sangatlah penting.
Obesitas ditentukan dengan menghitung indeks massa tubuh (BMI). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika BMI ≥ 30. BMI dihitung sebagai Berat (kg): Tinggi2 (m). Selain itu, indikator lain untuk menilai obesitas adalah pengukuran lingkar perut. Seseorang dikatakan mengalami obesitas bila lingkar perut laki-laki 90 cm dan lingkar perut perempuan 80 cm.
Kolesterol terdiri dari kolesterol jahat (LDL) dan kolesterol baik (HDL). LDL yang tinggi dapat menumpuk di dinding pembuluh darah sehingga membuat Anda berisiko terkena penyakit jantung koroner atau stroke. Sedangkan HDL bertugas meningkatkan pembuangan LDL sehingga membantu menurunkan kadar LDL dalam darah. Jika kadar LDL tinggi dan kadar HDL rendah, maka risiko penyakit jantung koroner meningkat. Untuk itu perlu dijaga kadar HDL tetap normal dengan melakukan aktivitas fisik (olahraga) secara teratur dan menurunkan kadar LDL dengan menghindari makanan yang mengandung lemak tinggi.
Perbedaan Masuk Angin, Angin Duduk, Dan Serangan Jantung
Dibandingkan dengan penduduk dunia, masyarakat Indonesia tergolong kelompok malas jalan kaki. Berdasarkan survei tersebut, masyarakat Indonesia berjalan rata-rata 3.513 langkah per hari, dibandingkan dengan rata-rata dunia yang mencapai 4.961 langkah per hari. Aktivitas jalan kaki yang dianjurkan per hari rata-rata 10.000 langkah. Menurut penelitian, risiko kematian karena berbagai sebab meningkat 20 hingga 30 persen pada kelompok yang malas melakukan aktivitas fisik. Pada kelompok yang berolahraga dengan intensitas sedang selama 30 menit sehari, risiko penyakit jantung koroner menurun sebesar 30 persen dan risiko diabetes menurun sebesar 27 persen.
Merokok merupakan kebiasaan buruk yang merugikan diri sendiri dan lingkungan. Merokok menyebabkan stres oksidatif dalam tubuh Anda, yang merusak pembuluh darah, termasuk pembuluh jantung, dan meningkatkan pembentukan plak lemak di arteri koroner.
Karena bahayanya penyakit jantung, khususnya penyakit jantung koroner yang seringkali berakhir dengan kematian mendadak, maka pencegahan penyakit jantung koroner sangat penting. Upaya preventif ini tidak sulit, cukup ikuti langkah “SMART” berikut ini:
Jika Anda seorang pria berusia di atas 40 tahun atau wanita menopause, Anda harus melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Pemeriksaan kesehatan ini meliputi: pemeriksaan tekanan darah, kolesterol darah, gula darah dan fungsi ginjal. Jangan abaikan apapun keluhan Anda, misalnya Anda sering sesak napas saat beraktivitas, sering merasakan nyeri dada saat beraktivitas, kaki bengkak, perut buncit, sering terbangun malam dengan sesak napas. Sebab keluhan tersebut bisa menjadi awal mula terjadinya penyakit jantung. Selain itu, jika Anda menderita penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit ginjal kronis, sebaiknya Anda lebih sering melakukan pemeriksaan kesehatan dan rutin minum obat.
Olahraga Apa Saja Yang Dapat Memicu Serangan Jantung?
Berhenti merokok